PARA BAJINGAN YANG MENYENANGKAN KARYA PHUTUT EA
Awalnya,
kukira buku ini hanya perpindahan
tulisan dari media digital ke media cetak, karena sebelum terbitnya buku ini, sepertinya
aku sudah khatam dengan beberapa cerita tentang bagor yang nangkring di blog puthutea. Jadi ketertarikan saya untuk membaca tidak terlalu besar, nanging La
dalaaa kok yo akhirnya palah buku ini kubaca tuntas, Hufet kan!
Jadi buku yang kubaca ini adalah
milik teman saya, dan alasan di paragraf pertama yang membuat saya enggan membacanya, namun di sela-sela
kesibukan pameran krembisfriends bertajuk Anxiety di gd Widya mitra pada
bulan desember tahun kemarin, sepulang setelah menutup pameran hari itu, aku
melipir sebentar ke kontrakan teman saya, kurebahkan tubuh dikasur tipisnya,
dan lalu mata saya tiba – tiba tanpa di sengaja melirik buku-buku yang saling
berdempetan dan melihat Para bajingan yang menyenangkan, kuambil dan kubaca
dia. Bagian 1, Kami tak ingin tumbuh dewasa adalah awal kenapa saya harus
menyelesaikan buku ini, karena setiap cerita di bagian 1 saya belum membaca dan
sepertinya memang tidak ada di blog pribadi phutut ea. Lalu masuklah saya pada
bagian 2, Bagor: setelah duapuluh tahun, saya serasa sedang bernostalgia membaca
bagor kembali, hanya berbeda media, waktu itu di hape, sekarang di buku. Saya ndak
akan bercerita banyak tentang buku ini, karena itu tugas bukunya yang kalau
nanti kalian membacanya.
Sudut Bulan dan Buku Para Bajingan
“Sekelompok
anak muda yang merasa hampir tidak punya masa depan karena nyaris gagal dalam
studi tiba-tiba seperti menemukan sesuatu yang dianggap bisa menyelamatkan
kehidupan mereka : bermain judi.”
Para bajingan yang menyenangkan
adalah sebuah buku tentang persahabatan, yang saya tebak bahwa itu kisah penulis
semasa muda bersama teman-temanya, yang ia kenang dan abadikan lewat buku ini,
khususnya kepada salah satu sahabatnya yang sudah meninggal.seakan sebuah
penghargaan dan ucapan terimakasih akan masa muda bersamanya yang tidak akan
pernah dilupakan sampai mati. Dan kelompok
pemuda tersebut menamakan dirinya jakcpot society yang antara lain: penulis,
almarhum (tidak ditulis namanya namun dibagian persembahan ditulis jadek).
Bagor, yang tidak pernah lolos masuk jurusan D-3 Ekonomi UGM, dan berasal dari
keluarga yang religius: kuntet, satu – satunya dalam kelompok yang otaknya
lumayan cemelang, kuliah di jurusan Geofisika UGM: Proton, kuliah di Teknik UGM,
memiliki hobi unik, antara lain mengoleksi keris, mengumpulkan virus komputer,
dan bergonta – ganti agama: dan paling akhir ada Babe, seorang mayor jenderal,
kuliah di Fakultas Ekonomi UGM.
Adegan-adegan menarik dalam buku
ini yang membuat saya ngakak dan misuh-misuh kok yo hampir sama to dengan
beberapa masa muda saya ini, )hehe(. Seperti ketidaksukaan almarhum ketika ada
orang makan memejamkan mata untuk berdoa, menjadi pemicu keisenganya
dengan memindahkan lauknya ketempat
lain. Ada juga ketika hari kemenangan, Bagor selalu menyuruh proton selama dua
periode untuk selalu mampir kerumahnya sebagai alasan untuk menghindari
pertanyaan maut seperti lulus kapan, udah kerja belum, dll dari keluarga besarnya, seketika Phutut tahu
tentang itu, keisengan Phutut pun menjadi,
dia memberi tahu tahu Proton bahwa kadatangan
dia dirumah Bagor pas bebarengan dengan keluarga besar, kalau mau mampir
kerumah Bagor sebaiknya H+3 saja, Proton pun mengiyakan, lalu pas hari kemenangan
Phutut menelpon Bagor dan berkata “Gor, untalen kuwi hari kemenangan”. Dan adegan
lain bisa kalian baca sendiri setelah membeli atau meminjam bukunya.
Bahasa jawa dalam buku ini sangat
kental, sarat akan umpatan yang mungkin bagi kebanyakan orang tidak sopan,
bahkan penulis juga memperingatkan bagi yang memiliki rasa ketuhanan yang besar
tidak disarankan membaca buku ini. dan saya sebagai orang jawa yang setiap hari
identik dengan bahasa dan umpatan yang sudah merajalela bersliweran di telinga,
saya sangat menikmati buku ini senikmat-nikmatnya misuh. Bagi yang tidak
terlalu paham bahasa jawa, tenang saja di bagian akhir buku ini ada kamusnya.
Buku ini masuk genre komedi, tapi
juga ada bagian yang melankolis, ketika penulis menceritakan almarhum, disini
saya ikut merasa kehilangan, terlebih ketika mereka semua harus berpisah dan memiliki kehidupan masing-masing. sebagai penutup, walau judi selalu memiiki konotasi negatif, ada petuah yang bisa petik dari aktivitas yang disebut haram tersebut.
Selamat berburu bukunya dan membacanya. Salam!
saya dan teman -teman
Akhirnya para bajingan yang menyenangkan menjadi tulisan perdana di tahun 2018, sik asik
ReplyDelete